akusukadunia

akusukadunia
menikmati sore

Kamis, 17 Juni 2010

sore...


" saya selalu suka sore hari "

entahlah sejak kapan saya menjadi "senjalovers", sejak dulu mungkin. sejak saya menyukai wangi tanah yang tersiram hujan, sejak saya menyukai beng-beng dan menganggap itu adalah wafer terenak, atau sejak saya tahu bahwa apa yang ingin saya makan adalah soto ayam dan bukan kare ayam ketika saya masih TK.

senja indah menurut saya adalah senja di kampung saya, kampung kecil di kaki bukit kapur di daerah tuban. ada sawah yang hijau dan juga pohon randu yang menjulang megah, pohon yang penuh duri tapi menghasilkan "kapuk" yang katanya dapat di buat menjadi benang, dan sebagai suber lain penghasilan warga kampungku. ada juga anak-anak yang masih bermain sepak bola meskipun qiro'ah sudah di kumandangkan.

saat itulah saya akan berdiri di atas pagar SD tua saya, yang sekarang sudah di merger dengan SD depan dan tidak ada lagi SD saya sekarang. tapi tentang SD saya itu tidak begitu penting, yang saya suka adalah ketika saya berdiri di atas pagar maka saya dapat melihat atap rumah saya dan juga barisan burung kuntul yang pulang ke rimbunan pohon bambu di perbatasan desa. tapi itu dulu, saat saya masih SMP. sekarang saya sudah tidak melihat kawanan burung kuntul yang melintasi desa, dan saya juga tidak melihat anak-anak yang bermain sepak bola lagi, karena mereka semua bekerja sebagai buruh di kota-kota besar.

tapi tetap yang paling indah adalah senja di kampung saya, meskipun ada ribuan senja di pantai maupun di trotoar kota yang penuh lampu. sya tetap berkeyakinan bahwa senja terindah adalah rumah. sampai suatu saat muncul kamu. dan sejak saat itu saya yakin bahwa senja terindah selalu ada di dekatmu. kamu...

Senin, 07 Juni 2010

edisi 19 juli 2009

anj**g

aku muangkel banget sore ini....

udah di belain jalan jauh-jauh dari kost ke kampus A buat nyegat bemo T2 ke kampus C,jalan kaki pula. buat bela-balain team basket yang aku tahu juga baru kemaren siapa mereka....tiba-tiba ada sms yang bilang kuarter 2 tinggal 2 menit lagi....lak goblok seh nek tak jalanin ke kampus C, perjalanan naek bemo aja bisa muter-muter sampe setengah jam. nyampe sana lak udah pada buyar laan...lak yeyek cuk...padahal udah bener-bener niat liat gawenya anak-anak yang notebene gak tak kenal, udah bawa persiapan lengkap.

-botol aqua ma mizone buat keprok-keprok dukung UNAIR

- bawa minum buat nanti kalo teriak-teriak gak abis suaranya

- cemilan biar gak laper, karena di sana cuma ada SATU yang jual makanan

- jaket karena pulangnya pasti malem (yang ini emang gak begitu penting)

tapi sing penting lak aku udah niat...

dan aku mutusin buat gak jadi ikut....

bodohnya aku sampe jam setengah lima lebih aku nunggu di jemput orang....

"cuk sadar poo" aku bilang dalam hati kaya gitu " koen iku sopo"

koen teko gak teko lo gak ngefek....

mbok ya sms to kalo gak bisa....

asem....aku gak mau tahu lagi wes kalo ada event kaya apapun kalo gak eventku dewe....

garakke makan ati....

wes mbohlah...bad day pek....

edisi 27 juli 2009.

aku lelah wan...

setelah sekian waktu di hantam badai ketidakpastian

aku gak tau pengen cerita ke siapa wan

kalo sama anak-anak laen pasti mereka komentar yang macem-macem

tapi kalo kamu....kamu mesti diem terus ya kan wan...

wan...

aku kok ngerasa gak di hirauin lagi ya..

kok merasa sendiri lagi ya?

kok merasa gak berarti lagi ya?

kok merasa kesepian lagi ya?

kok merasa asing dengan diriku sendiri ya?

kok merasa ingin jadi orang lain ya?

kok merasa pengen kamu hidup lagi..

pengen liat ari ma adi di sma lagi..

ketemu mbak tya lagi...

ngobrol ma ali di asramanya..

gangguin ridwan sama ujik..

ketemu anak-anak azamtoe lagi..

pergi dari dunia surabaya yang keras ini ya...

kenapa aku jadi begitu tolol dalam menilai hidup wan?

begitu cepat menyerah wan?

ah sudahlah...

aku akan tetap menikmatinya wan...

( 28-06-2009)

dia memang telah pergi...

dia memang telah mati....

dia gak akan pernah bisa baca berpuluh-puluh tulisan yang aku coment di friendsternya...

dia gak akan pernah bisa tahu bahwa aku sedang sedih, gembira, dan sebagainya....

dia gak akan pernah bisa memberikan nasehat lagi tentang hidup

sepertinya aku mulai gila dalam memahami sebuah hidup dan masalah...

aku yang tak biasa di cuekin...aku yang tak biasa bila harus sendiri...

aku yang tak biasa menjadi orang yang tegar...

dan aku yang tak biasa tanpa kalian, orang-orang yang aku sayangi...

tetapi kalian?

apakah ini hanya perasaanku saja?

atau alam telah memberikan pertanda lewat langit dan angin...

bahwa waktu akan berputar dan kita siap untuk melangkah sendiri-sendiri?

Tarot

"aku tak percaya ramalan"

entah itu dengan garis tangan maupun dengan kartu.
kata bapakku dosa bila aku percaya semua yang telah di takdirkan tuhan, jauh sebelum aku lahir bahkan jauh sebelum dunia ini di bentuk dari kelahiran cahaya. hanya dengan kartu-kartu bergambar tengkorak dan raja-raja yang mungkin tak mau di jadikan wajahnya sebagai penentu hidup manusia. kata bapakku bila aku percaya dengan tenung dan tukang sihir ( peramal ) maka ibadahku tak di terima selama empat puluh hari empat puluh malam. aku merinding setiap mengingatnya...

sore ini seperti hujan yang tak di rindu, seperti panas yang tak di nanti, kering dan berangin. aku mandi, berharap beberapa jengkal bebena yang menggelayuti pundakku ikut tersiram air, bagaimanapun juga air adalah kehidupan, mampu mendamaikan hati yang gersang dan mati,amrta. dan juga dapat memanaskan dan menjadikan dosa peminumnya,khamer.

air ini mulai menyusup rambutku, aku ingat belaianmu. air ini turun ke mataku, aku ingat sinaran matamu. air ini turun ke daguku,aku ingat petuahmu. air ini membasahi leherku, aku ingat saat pertama bertemu. air ini turun ke dadaku, aku ingat debaran jantungku. air ini turun ke perutku, aku ingat uangmu. air ini turun ke kelaminku, aku ingat nafsuku. air ini turun ke kakiku, aku ingat pelarianku. air ini masuk ke pembuangan kamar mandi, aku menatapnya iba, itulah kenangan-kenanganku tentang kamu.

lalu aku melihatmu, sejenak di atas singgasana kemandirianmu. aku tak kira kau ada di situ, rumah, yang menjauhkanmu denganku. tak ada kata, tak ada tanda, tak ada bahasa, tak ada yang memperhatikan kita. tak ada aku tak ada kamu tak ada kita, di hati, mu ku kita.

aku memutuskan mencari angin segar malam ini juga, mencari yang tak perlu kucari. aku menghiasi kereta umum dengan lamunan-lamunan. aku menuju pusat peradaban masa kini, scholia milenium. pusat manusia menjadi pusat. tempat manusia membeli manusia. aku berjalan lalu melompat, berjalan pelan dan ragu-ragu, aku maju.

lalu aku menemukan asap dan juga tenda-tenda. oh kiranya ada bazar disana, ataukah ini tempat pembakaran umatNya, yang selalu di perdengarkan tiap jum'at? agar umat menjadi takut siksa dan bukan takut akan kekerdilannya di mataMu? ataukah ini tempat perjamuan agung, dimana mereka manjajikannya di setiap kitab suci bahwa yang ada hanya nikmat dan tak ada lagi yang haram? maka setiap orang yang kesana hanya mencari kesenangan dan bukan takut akan kekerdilannya di mataMu?

aku menyususri tiap lampu yang berwarna merah, hijau, dan biru. aku suka merah, berani kata orang-orang. tapi bagiku merah adalah darah, pemujaan terhadap hidup. aku juga suka hijau, kata kakakku hijau itu warna surga, warna para ulama, warna para masayikh, warna para malaikat. tak dapat kubayangkan malaikat berwarna hijau, mungkin akan seperti reog ponorogo. aku suka biru. oh tidak ternyata aku tak suka biru, karena biru adalah warnanya. warna kehidupannya, warna yang dia yakini. sedangkan warnaku adalah hijau. lalu siapakah merah? kamu berdualah merah, karena kami saling mencari kehidupan, darah.

lalu aku menemukan pojok yang rindang, ada peramal disana, penyihir kata adikku. sayangnya dia tak memakai jubah hitam dan juga topi lancip, tak jua berkutat dengan kuali dan juga mantra-mantra serta asap mengepul, serta tak punya burung hantu maupun kodok yang mengerok. seperti bayangan penyihir dalam benak adikku yang lebih dewasa dari aku. dia hanya berkaus putih, tanpa kerah tanpa ornament.

dia mempersilahkan aku duduk di depannya, dan menyuruhku menukarkan air tersebut dengan segenggam kartu tarot. lagi-lagi air yang dia pinta, bukankah telah aku katakan bahwa air ini adalah amrta?bukan khamer seperti yang dia harapkan? lalu dia tertawa dengan simpul yang mengejek. katanya aku tak butuh kehidupan, aku telah mendapatkannya jauh sebelum aku jadi rahim. lalu buat apa dia disini, peramal tersebut? sedangkan yang aku butuh adalah kehidupan tarot-tarotnya. ini adalah takdir katanya, aku bertanya-tanya apakah dia percaya takdir? sedangkan dia dapat melihat takdir dan mungkin dapat merubahnya. lagi-lagi dia tertawa dengan simpul yang mengejek. dia membaca pikiranku, dia meraba hatiku dan dia tahu apa yang belum aku katakan. Tuhan dia penyihir atau titisanMu?

dia menyuruhku meletakkan tangan kanan dan kiri di atas kartunya, aku lakukan. dia membagi kartunya dan menyuruhku bercerita, aku lakukan. dia memberiku tiga kesempatan dan itupun aku lakukan, dia berbicara dan aku mendengarkan, aku lakukan. aku berbicara dan dia mendengarkan , aku lakukan. aku katakan kesempatan pertama, dan dia bilang "ya", aku lakukan. aku katakan kesempatan kedua dan dia bilang " tidak ", aku lakukan. kesempatan ketiga aku simpan, tak ada kesempatan lagi bagiku.

lalu aku beranjak, menjabat tangannya. dingin, seperti itulah saat kita sekarang ini. dingin dan membekukan, setiap yang ada pasti tiada, dan setiap yang tiada bermula dari ada. lalu ramalan-ramalan tersebut? kartu-kartu tarot yang tersebar acak? di mana permulaanya? dimana akhirnya? sama seperti kita yang tak ada permulaan dan akhir. aku tersenyum dengan simpul yang mengejek dunia.

" aku tak percaya ramalan"

Jumat, 04 Juni 2010

edisi kelaparan

* posisi kelaparan berat

"wuih!" itulah satu kata awal tulisanku ini...

bagaimana tidak aku nulis seperti itu, membayangkan saja aku masih tidak percaya.

kemarin malam saya pergi ke BNS batu. gila banget BNS kalo malem hari, begitu romantis dan mempesona hahahahah, saya tanpa persiapan yang matang pergi ke BNS karena ingin membuktikan tentang keindahannya yang katanya sangat elok tersebut. dan berangkatlah saya malam itu. saya begitu menikmati semua yang ada di sana, tetapi sial ternyata saya lupa belum makan siang, dan jadilah saya kelaparan di BNS. dan kelaparan tersebut berlanjut sampai malam karena tidak ada tukang jual makanan di tempat kontrakannya teman-teman saya. paginya saya memutuskan untuk pulang ke surabaya jam sepuluh karena ada salah seorang teman saya meminta tolong. dan saya berusaha setengah mati menepati janji tersebut karena kita janjian sehabis sholat jumat. dan sialnya lagi saya lupa sarapan karena mengejar kereta menuju surabaya. di dalam kereta saya hanya makan sebungkus tahu dan usus goreng. perut masih tetap melilit minta di isi, tapi karena sudah jam 1 siang dan teman saya sudah sms mengatakn sudah mau ke tempat saya, maka saya mengurungkan untuk makan siang dan berencana makan nasi padang di ITS. tetapi apa lacur, kehendak Tuhan memang lebih tak bisa di tebak, ternyata saya masih tidak jadi makan... oh nooooooooooooooooooooo!!!!! saya lapar.

point : bukan kelaparan point utama saya, tetapi ternyata saya memang lebih mementingkan orang lain daripada saya, dan mungkin orang tersebut tak perduli.mungkin....

juni...

"saya benci juni"

entah sampai kapan saya akn benci dengan juni?

dulu saya sangat mencintai bulan juni, karena dengan datangnya bulan juni maka saya akan merasakan liburan yang teramat panjang. saya menyukai main di kali saat bulan juni, saya menikmati semilir angin di sawah saat bulan juni, saya bahagia mendengar jerit dan tawa teman saya saat bulan juni.

tetapi semua adalah roda waktu. sama seperti saya yang mengalami perputarannya, kadang kita sangat menyayangi apa yang kita punya tapi tiba-tiba kita harus melepasnya dan membencinya sedemikian sangat.

juni adalah bulan kelabu tahun 2007 lalu. dia pergi meninggalkan semua orang yang mengasihinya, dia pergi dengan tanda dan sebuah firasat. dia mati...

dan mulai itu saya membenci juni...

saya membenci kenapa itu harus terjadi di bulan juni? bulan yang seharusnya penuh dengan senyuman dan tawa riang karena kita semua telah lulus dari SMA? kenapa harus juni? kenapa tak bulan lain? tapi saya tahu sekarang, setelah 3 tahun berlalu, bahwa itulah yang terbaik untuk semuanya...

tapi tetap saja, saya membenci " juni"