akusukadunia

akusukadunia
menikmati sore

Senin, 07 Juni 2010

Tarot

"aku tak percaya ramalan"

entah itu dengan garis tangan maupun dengan kartu.
kata bapakku dosa bila aku percaya semua yang telah di takdirkan tuhan, jauh sebelum aku lahir bahkan jauh sebelum dunia ini di bentuk dari kelahiran cahaya. hanya dengan kartu-kartu bergambar tengkorak dan raja-raja yang mungkin tak mau di jadikan wajahnya sebagai penentu hidup manusia. kata bapakku bila aku percaya dengan tenung dan tukang sihir ( peramal ) maka ibadahku tak di terima selama empat puluh hari empat puluh malam. aku merinding setiap mengingatnya...

sore ini seperti hujan yang tak di rindu, seperti panas yang tak di nanti, kering dan berangin. aku mandi, berharap beberapa jengkal bebena yang menggelayuti pundakku ikut tersiram air, bagaimanapun juga air adalah kehidupan, mampu mendamaikan hati yang gersang dan mati,amrta. dan juga dapat memanaskan dan menjadikan dosa peminumnya,khamer.

air ini mulai menyusup rambutku, aku ingat belaianmu. air ini turun ke mataku, aku ingat sinaran matamu. air ini turun ke daguku,aku ingat petuahmu. air ini membasahi leherku, aku ingat saat pertama bertemu. air ini turun ke dadaku, aku ingat debaran jantungku. air ini turun ke perutku, aku ingat uangmu. air ini turun ke kelaminku, aku ingat nafsuku. air ini turun ke kakiku, aku ingat pelarianku. air ini masuk ke pembuangan kamar mandi, aku menatapnya iba, itulah kenangan-kenanganku tentang kamu.

lalu aku melihatmu, sejenak di atas singgasana kemandirianmu. aku tak kira kau ada di situ, rumah, yang menjauhkanmu denganku. tak ada kata, tak ada tanda, tak ada bahasa, tak ada yang memperhatikan kita. tak ada aku tak ada kamu tak ada kita, di hati, mu ku kita.

aku memutuskan mencari angin segar malam ini juga, mencari yang tak perlu kucari. aku menghiasi kereta umum dengan lamunan-lamunan. aku menuju pusat peradaban masa kini, scholia milenium. pusat manusia menjadi pusat. tempat manusia membeli manusia. aku berjalan lalu melompat, berjalan pelan dan ragu-ragu, aku maju.

lalu aku menemukan asap dan juga tenda-tenda. oh kiranya ada bazar disana, ataukah ini tempat pembakaran umatNya, yang selalu di perdengarkan tiap jum'at? agar umat menjadi takut siksa dan bukan takut akan kekerdilannya di mataMu? ataukah ini tempat perjamuan agung, dimana mereka manjajikannya di setiap kitab suci bahwa yang ada hanya nikmat dan tak ada lagi yang haram? maka setiap orang yang kesana hanya mencari kesenangan dan bukan takut akan kekerdilannya di mataMu?

aku menyususri tiap lampu yang berwarna merah, hijau, dan biru. aku suka merah, berani kata orang-orang. tapi bagiku merah adalah darah, pemujaan terhadap hidup. aku juga suka hijau, kata kakakku hijau itu warna surga, warna para ulama, warna para masayikh, warna para malaikat. tak dapat kubayangkan malaikat berwarna hijau, mungkin akan seperti reog ponorogo. aku suka biru. oh tidak ternyata aku tak suka biru, karena biru adalah warnanya. warna kehidupannya, warna yang dia yakini. sedangkan warnaku adalah hijau. lalu siapakah merah? kamu berdualah merah, karena kami saling mencari kehidupan, darah.

lalu aku menemukan pojok yang rindang, ada peramal disana, penyihir kata adikku. sayangnya dia tak memakai jubah hitam dan juga topi lancip, tak jua berkutat dengan kuali dan juga mantra-mantra serta asap mengepul, serta tak punya burung hantu maupun kodok yang mengerok. seperti bayangan penyihir dalam benak adikku yang lebih dewasa dari aku. dia hanya berkaus putih, tanpa kerah tanpa ornament.

dia mempersilahkan aku duduk di depannya, dan menyuruhku menukarkan air tersebut dengan segenggam kartu tarot. lagi-lagi air yang dia pinta, bukankah telah aku katakan bahwa air ini adalah amrta?bukan khamer seperti yang dia harapkan? lalu dia tertawa dengan simpul yang mengejek. katanya aku tak butuh kehidupan, aku telah mendapatkannya jauh sebelum aku jadi rahim. lalu buat apa dia disini, peramal tersebut? sedangkan yang aku butuh adalah kehidupan tarot-tarotnya. ini adalah takdir katanya, aku bertanya-tanya apakah dia percaya takdir? sedangkan dia dapat melihat takdir dan mungkin dapat merubahnya. lagi-lagi dia tertawa dengan simpul yang mengejek. dia membaca pikiranku, dia meraba hatiku dan dia tahu apa yang belum aku katakan. Tuhan dia penyihir atau titisanMu?

dia menyuruhku meletakkan tangan kanan dan kiri di atas kartunya, aku lakukan. dia membagi kartunya dan menyuruhku bercerita, aku lakukan. dia memberiku tiga kesempatan dan itupun aku lakukan, dia berbicara dan aku mendengarkan, aku lakukan. aku berbicara dan dia mendengarkan , aku lakukan. aku katakan kesempatan pertama, dan dia bilang "ya", aku lakukan. aku katakan kesempatan kedua dan dia bilang " tidak ", aku lakukan. kesempatan ketiga aku simpan, tak ada kesempatan lagi bagiku.

lalu aku beranjak, menjabat tangannya. dingin, seperti itulah saat kita sekarang ini. dingin dan membekukan, setiap yang ada pasti tiada, dan setiap yang tiada bermula dari ada. lalu ramalan-ramalan tersebut? kartu-kartu tarot yang tersebar acak? di mana permulaanya? dimana akhirnya? sama seperti kita yang tak ada permulaan dan akhir. aku tersenyum dengan simpul yang mengejek dunia.

" aku tak percaya ramalan"

Tidak ada komentar: